Tema :
Manusia dan Penderitaan
Akhir-akhir
ini sering kita lihat dan dengar berita tentang para petinggi negara kita yang
melakukan tindak pidana korupsi. Mereka dengan “keahliannya” itu menguras uang
negara yang notabene merupakan uang rakyat. Mereka mengambil uang yang
jelas-jelas bukan hak mereka. Kebanyakan dari mereka yang melakukan hal
tersebut,mengaku karena faktor “desakkan lingkungan”, mungkin sebagian dari
mereka sebenarnya tidak ingin melakukan hal tersebut, namun lingkungan dan
kawan kerja mereka lah yang menyebabkan mereka ikut dalam lingkaran kemaksiatan
tersebut. Kawan kerja yang mendapat “jatah” dari lawan bisnisnya mungkin juga
merasa takut jika harus menerima uang haram itu seorang diri, untuk itu
biasanya mereka membagikan “uang jatah” tersebut ke rekan kerja mereka yang
mungkin saja teah mengetahui perilaku buruk mereka. Bisa jadi mereka membagikan
uang tersebut juga sebagai “uang tutup mulut” agar tindakan mereka bisa aman.
Tak
sedikit pula dari mereka yang mengaku melakukan tindakan tersebut karena
dorongan sang istri. Istri yang selalu menuntut lebih dari suaminya, istri yang
selalu ingin hidup mewah, istri yang menuntut tas branded, mobil mewah, emas, berlian, jam tangan mewah, dan lain
sebagainya. Tak ada yang dapat dilakukan sang suami selain mengambil “jalan
pintas” untuk memenuhi seluruh tuntutan istrinya tersebut.
Mungkin
pada awalnya mereka merasa takut akan akibat yang akan mereka tanggung
nantinya. Namun pada akhirnya, mereka
mulai terbiasa dengan apa yang mereka lakukan.
Waktu
demi waktu, kebiasaan ini berubah menjadi budaya yang mengakar pada setiap
individu. Mungkin bagi mereka tindakan tersebut adalah hal yang lumrah
dilakukan. Mereka dengan santainya memberikan uang haram tersebut kepada istri
mereka untuk keperluan rumah tangga. Istri dan anak mereka pun secara tidak
langsung telah “makan uang haram”, anak mereka sekolah dengan dibayar
menggunakan uang haram, dan juga kegiatan lain yang sudah pasti menggunakan
uang haram itu juga. Mereka telah menafkahi keluarga mereka
dengan uang haram.
Mereka
bahagia, mereka senang, mereka hidup serba berkecukupan. Mereka tidak pernah
bingung-bingung jika ingin membeli barang yang mereka inginkan. Uang banyak dan
harta berlimpah sudah mereka miliki. Namun, dibalik seluruh kesenangan tersebut
ada satu hal yang tidak mereka miliki, yakni kebahagiaan batin. Mereka tidak
akan memiliki kebahagiaan batin, mereka akan selalu merasa was-was akan waktu
yang akan menjemput mereka ke dalam sel tahanan. Setiap hari mereka akan hidup
dalam ketakutan, ketakutan jika suatu saat palu sudah mengetuk meja pengadilan
dan mengaharuskan mereka tinggal di “hotel prodeo”. Mereka bahagia, namun sebenarnya
mereka menderita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar