Jumat, 31 Oktober 2014

YANG MUDA YANG BERKARYA


Well, rasanya sudah sering kita mendengar quotes tersebut dari seorang penggagas negeri kita ini. Yup, Ir. Soekarno, beliau memang seorang pemimpin yang selalu melahirkan kata-kata bijak nan bermakna.  Yaa, memang begitulah adanya, Pemuda sesungguhnya memiliki peran yang sangat besar untuk membangun negeri kita ini, Negara Kesatuan Repulik Indonesia. Namun, pemuda seperti apa yang dibutuhkan negeri ini?

Secara harfiah, Pemuda berarti individu yang bila dilihat secara fisik sedang mengalami perkembangan dan secara psikis sedang mengalami perkembangan emosional, sehingga pemuda merupakan sumber daya manusia pembangunan baik saat ini maupun masa datang.

Pemuda memanglah merupakan sumber daya manusia yang potensial. Pemuda dengan semangat juangn yang masih tinggi, fisik yang luar biasa kuat, dan yang selalu melahirkan ide-ide cemerlanglah yang dibutuhkan untuk membangun dan memajukan Negara Indonesia.

 Seiring dengan kemajuan jaman, peran seorang pemuda semakin penting dan dibutuhkan. Mari kita menjauh dari peran pemuda bagi bangsa dan Negara nya. Peranan seorang pemuda sudah dapat dilihat sejak dari lingkungan keluarga. Mengapa demikian? Seorang pemuda dengan segudang pengetahuan yang ia miliki, dapat menyalurkan ilmu mereka kepada orangtua, saudara, atau kerabat mereka. Dengan demikian bertambahlah ilmu pengetahuan keluarga mereka. Mereka dapat mengajarkan bagaimana cara menggunakan handphone, computer , dan juga internet kepada sanak saudara mereka yang masih “kudet” terhadap perkembangan IPTEK. Di sisi lain, seorang pemuda / remaja saat ini sudah dapat membantu perekonomian keluarga mereka. Mereka yang sudah tidak buta terhadap perkembangan teknologi dapat dengan mudah berbisnis tanpa harus mengganggu waktu  kuliah / kerja, mengeluarkan cost yang besar untuk menyewa tempat, memikirkan bagaimana cara mendapatkan pegawai / karyawan dan bagaimana cara menggaji karyawan mereka, dan lain-lain. Mereka yang ingin mencoba berbisnis dapat memulai dengan bisnis online shop hanya dengan bermodalkan handphone dan jejaring social, mereka dapat menjadi reseller suatu produk. Tanpa modal yang besar, mereka akan menghasilkan keuntungan yang “lumayan” untuk mengurangi beban orangtua dalam hal memberi uang saku mereka.

Namun, tidak banyak pula yang berlaku sebaliknya. Pemuda yang seharusnya berperan produktif dalam lingkungan bermasyarakat, justru menjadi musuh dalam masyarakat. Tidak sulit bagi kita untuk menemukan para pemuda yang mengahabiskan masa remaja mereka untuk hal-hal yang sangat merugikan masyarakat dan diri mereka sendiri. Pemuda yang melakukan kejahatan di internet ( cyber crime ) contohnya. Tindakan carding, hacking, cracking, phising, viruses, cybersquating, pornografi, perjudian online, transnational crime yang memanfaatkan IT sebagai tools, penyebaran informasi destruktif, seperti cara pembuatan dan penggunaan bom, telah menjadi bagian dari aktivitas pelaku kejahatan internet. Informasi-informasi dari internet yang seharusnya dipandang positif dapat menjadi boomerang bagi kita semua jika disalahgunakan oleh pera penjahat internet. Tidak sedikit pula pemuda lahyang menjadi dalang di balik seluruh kejahatan tersebut.

Pemuda yang tidak dapat menggunakan waktu remaja mereka biasanya akan menjurus pada hal-hal yang negatif. Narkoba, seks bebas, dan perampokkan merupakan “Lingkaran Setan” yang biasanya dicoba oleh para remaja.

Semua sisi negative tersebut memang tidak dapat dilepaskan dari peranan keluarga dan juga latar belakang pendidikan mereka. Keluarga memanglah sangat berperan penting dalam membentuk kepribadian seorang remaja yang sedang mencari jati diri. Remaja yang berada dalam lingkungan keluarga yang hangat, penuh perhatian dan kasih sayang sangatlah jarang untuk terjerumus dalam hal-hal negative tersebut. Pendidikan formal juga merupakan factor pendukung pembentukkan kepribadian remaja.

Di Indonesia, pendidikan formal itu sendiri belum bisa dikatakan baik. Karena pendidikan dengan kualitas bagus hanya terpusat di kota-kota besar. Kecanggihan internet yang dapat mendorong system pembelajaran di kota-kota besar, belum dapat disentuh oleh para pelajar yang berada di daerah-daerah terpencil yang tertinggal. Jangankan fasilitas internet, banyak pula daerah-daerah yang belum mendatkan pasokkan listrik. Sehingga jelas saja jika kualitas pendidikan mereka jauh tertinggal jika dibandingkan dengan daerah-daerah maju di ibu kota.

Ketidakseimbangan tersebut membuat mereka, para pemuda, yang berada di daerah-daerah terpencil merasa belum dapat berpartisipasi untuk memajukan Negara Indonesia. Namun, partisipasi tersebut sebenarnya bisa kita salurkan dalam bentuk yang beraneka ragam. Para remaja yang berada di kota-kota besar mungkin dapat dengan mudah membuat suatu teknologi terbaru yang dapat diperkenalkan pada ajang perlombaan di kancah internasional. Sementara bagi remaja yang tinggal di daerah yang jauh dari informasi perkembangan IPTEK, mereka dapat menggali dan melatih potensi yang ada pada diri mereka. Contohnya, mereka yang suka berolahraga dapat melatih kemampuan berlari mereka dan mengikuti perlombaan dari tingkat sekolah, kecamatan, provinsi, bahkan tingkat Indonesia. Sehingga mereka dapat dikenal dan mungkin saja diberikan pelatihan atlet oleh Negara supaya dapat menjadi pelari yang professional.

Terbukti, peran pemuda dalam mengharumkan nama Negara tidak hanya bisa dilakukan oleh mereka yang tinggal di kota besar, melainkan juga bisa dilakukan oleh mereka yang tinggal di daerah terpencil sekalipun.

Referensi :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar