Well, rasanya sudah sering kita
mendengar quotes tersebut dari seorang penggagas negeri kita ini. Yup, Ir. Soekarno,
beliau memang seorang pemimpin yang selalu melahirkan kata-kata bijak nan
bermakna. Yaa, memang begitulah adanya,
Pemuda sesungguhnya memiliki peran yang sangat besar untuk membangun negeri
kita ini, Negara Kesatuan Repulik Indonesia. Namun, pemuda seperti apa yang dibutuhkan
negeri ini?
Secara harfiah, Pemuda berarti
individu yang bila dilihat secara fisik sedang mengalami perkembangan dan
secara psikis sedang mengalami perkembangan emosional, sehingga pemuda
merupakan sumber daya manusia pembangunan baik saat ini maupun masa datang.
Pemuda memanglah merupakan sumber
daya manusia yang potensial. Pemuda dengan semangat juangn yang masih tinggi,
fisik yang luar biasa kuat, dan yang selalu melahirkan ide-ide cemerlanglah
yang dibutuhkan untuk membangun dan memajukan Negara Indonesia.
Seiring dengan kemajuan jaman, peran seorang
pemuda semakin penting dan dibutuhkan. Mari kita menjauh dari peran pemuda bagi
bangsa dan Negara nya. Peranan seorang pemuda sudah dapat dilihat sejak dari
lingkungan keluarga. Mengapa demikian? Seorang pemuda dengan segudang
pengetahuan yang ia miliki, dapat menyalurkan ilmu mereka kepada orangtua,
saudara, atau kerabat mereka. Dengan demikian bertambahlah ilmu pengetahuan
keluarga mereka. Mereka dapat mengajarkan bagaimana cara menggunakan handphone,
computer , dan juga internet kepada sanak saudara mereka yang masih “kudet”
terhadap perkembangan IPTEK. Di sisi lain, seorang pemuda / remaja saat ini
sudah dapat membantu perekonomian keluarga mereka. Mereka yang sudah tidak buta
terhadap perkembangan teknologi dapat dengan mudah berbisnis tanpa harus mengganggu
waktu kuliah / kerja, mengeluarkan cost
yang besar untuk menyewa tempat, memikirkan bagaimana cara mendapatkan pegawai
/ karyawan dan bagaimana cara menggaji karyawan mereka, dan lain-lain. Mereka yang
ingin mencoba berbisnis dapat memulai dengan bisnis online shop hanya dengan
bermodalkan handphone dan jejaring social, mereka dapat menjadi reseller suatu
produk. Tanpa modal yang besar, mereka akan menghasilkan keuntungan yang “lumayan”
untuk mengurangi beban orangtua dalam hal memberi uang saku mereka.
Namun, tidak banyak pula yang
berlaku sebaliknya. Pemuda yang seharusnya berperan produktif dalam lingkungan
bermasyarakat, justru menjadi musuh dalam masyarakat. Tidak sulit bagi kita
untuk menemukan para pemuda yang mengahabiskan masa remaja mereka untuk hal-hal
yang sangat merugikan masyarakat dan diri mereka sendiri. Pemuda yang melakukan
kejahatan di internet ( cyber crime ) contohnya. Tindakan carding, hacking,
cracking, phising, viruses, cybersquating, pornografi, perjudian online,
transnational crime yang memanfaatkan IT sebagai tools, penyebaran informasi
destruktif, seperti cara pembuatan dan penggunaan bom, telah menjadi bagian dari
aktivitas pelaku kejahatan internet. Informasi-informasi dari internet yang
seharusnya dipandang positif dapat menjadi boomerang bagi kita semua jika
disalahgunakan oleh pera penjahat internet. Tidak sedikit pula pemuda lahyang
menjadi dalang di balik seluruh kejahatan tersebut.
Pemuda yang tidak dapat
menggunakan waktu remaja mereka biasanya akan menjurus pada hal-hal yang negatif.
Narkoba, seks bebas, dan perampokkan merupakan “Lingkaran Setan” yang biasanya
dicoba oleh para remaja.
Semua sisi negative tersebut
memang tidak dapat dilepaskan dari peranan keluarga dan juga latar belakang
pendidikan mereka. Keluarga memanglah sangat berperan penting dalam membentuk
kepribadian seorang remaja yang sedang mencari jati diri. Remaja yang berada
dalam lingkungan keluarga yang hangat, penuh perhatian dan kasih sayang
sangatlah jarang untuk terjerumus dalam hal-hal negative tersebut. Pendidikan formal
juga merupakan factor pendukung pembentukkan kepribadian remaja.
Di Indonesia, pendidikan formal itu
sendiri belum bisa dikatakan baik. Karena pendidikan dengan kualitas bagus
hanya terpusat di kota-kota besar. Kecanggihan internet yang dapat mendorong system
pembelajaran di kota-kota besar, belum dapat disentuh oleh para pelajar yang
berada di daerah-daerah terpencil yang tertinggal. Jangankan fasilitas
internet, banyak pula daerah-daerah yang belum mendatkan pasokkan listrik. Sehingga
jelas saja jika kualitas pendidikan mereka jauh tertinggal jika dibandingkan
dengan daerah-daerah maju di ibu kota.
Ketidakseimbangan tersebut
membuat mereka, para pemuda, yang berada di daerah-daerah terpencil merasa
belum dapat berpartisipasi untuk memajukan Negara Indonesia. Namun, partisipasi
tersebut sebenarnya bisa kita salurkan dalam bentuk yang beraneka ragam. Para remaja
yang berada di kota-kota besar mungkin dapat dengan mudah membuat suatu
teknologi terbaru yang dapat diperkenalkan pada ajang perlombaan di kancah
internasional. Sementara bagi remaja yang tinggal di daerah yang jauh dari
informasi perkembangan IPTEK, mereka dapat menggali dan melatih potensi yang
ada pada diri mereka. Contohnya, mereka yang suka berolahraga dapat melatih
kemampuan berlari mereka dan mengikuti perlombaan dari tingkat sekolah,
kecamatan, provinsi, bahkan tingkat Indonesia. Sehingga mereka dapat dikenal
dan mungkin saja diberikan pelatihan atlet oleh Negara supaya dapat menjadi
pelari yang professional.
Terbukti, peran pemuda dalam
mengharumkan nama Negara tidak hanya bisa dilakukan oleh mereka yang tinggal di
kota besar, melainkan juga bisa dilakukan oleh mereka yang tinggal di daerah
terpencil sekalipun.
Referensi :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar