Minggu, 28 Juni 2015

Perubahan Setelah Mempelajari IBD


                Tak terasa beberapa minggu lagi insyaAllah saya akan menyelesaikan semester kedua di tahun pertama perkuliahan saya di Universitas Gunadarma. Sedikit flash back dari perkuliahan di semester pertama, ketika awal masuk kuliah saya sempat bingung dengan salah satu mata kuliah yang disediakan pihak kampus untuk para mahasiswanya. Ya, soft-skill ! Di semester pertama, saya mendapat mata kuliah soft-skill : Ilmu Sosial Dasar ( ISD ). Mata kuliah yang hanya ada setiap satu bulan sekali ini, cukup membuat saya bingung dengan tugas-tugasnya yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan jurusan yang saya ambil di kampus ini. Namun, yang saya lakukan pada saat itu hanya mengikuti alur pembelajaran dari dosen ISD saya.

                Masuk ke semester kedua, ternyata mata kuliah soft-skill ini masih mewarnai jadwal perkuliahan saya. Akan tetapi, di semester kedua ini mata kuliah Ilmu Sosial Dasar berubah menjadi Ilmu Budaya Dasar ( IBD ). Kembali pertanyaan yang pernah saya pikirkan di semester satu muncul, “Mata kuliah macam apa lagi sih iniii ??!?” gerutu saya dalam hati. Namun, lagi lagi saya hanya mengikuti perkuliahan yang ada. Apakah kejadian di semester satu harus terulang lagi? Dimana saya hanya mengikuti kelas dan mengerjakan tugas-tugas tanpa mengetahui tujuan adanya mata kuliah ini.

                Pertemuan pertama perkuliahan Ilmu Budaya Dasar, membahas tentang apa itu Ilmu Budaya Dasar dan Konsepsi Ilmu Budaya Dasar dalam Kesusastraan. Baru dilihat dari tema bahasannya saja sudah terdengar membosankan, tapi saya tetap ‘memaksakan’ untuk memperhatikan materi yang diberikan dosen. Pertemuan-pertemuan selanjutnya, mulai membahas tentang hubungan manusia dengan kebudayaan, cinta kasih, keindahan, penderitaan, keadilan, pandangan hidup, tanggung jawab, kegelisahan, dan harapan. Materi-materi bahasan tersebut ternyata mampu menarik perhatian saya terhadap mata kuliah ini. Selain itu, saya pun mulai mengerti akan tujuan adanya mata kuliah ini.

Materi yang menurut saya paling menarik adalah materi mengenai  Manusia dan Pandangan Hidup dan juga Manusia dan Harapan. Mengapa? Karena pada saat materi itu disampaikan, saya merasa ada suatu ‘cambukan’ untuk diri saya yang mengingatkan tentang tujuan hidup saya ke depan. Saya merasa, sebelum saya mempelajari Ilmu Budaya Dasar ini, saya sangat acuh terhadap tujuan hidup saya, “Saya hidup hari ini, maka saya harus memikirkan apa yang terjadi pada hari ini”. Hidup saya hanya sebatas Bernafas untuk Saat Ini. Saya tidak pernah memikirkan tentang pandangan hidup saya, tujuan hidup saya, dan juga harapan untuk hidup saya di kemudian hari. Namun sekarang, saya mulai memikirkan “Apa sih pandangan hidup saya?”, “Kenapa sih saya harus benar-benar menjaga pandangan hidup yang telah saya buat?”, dan “Apa sih harapan hidup saya kedepannya?”. Jika sebelumnya setiap harinya saya hanya bangun pagi, bersiap dan berangkat ke kampus, belajar di kelas, berbincang-bincang bersama teman-teman, pulang ke rumah, mengerjakan tugas kuliah, tidur, dan begitu seterusnya, namun sekarang ketika saya  terbangun di pagi hari, hal pertama yang saya ingat adalah apa yang harus saya lakukan hari ini, sehingga  semua cita-cita saya bisa tercapai di kemudian hari, semua keinginan saya bisa saya dapatkan, dan apa yang bisa saya lakukan untuk membuat kedua orang tua saya tersenyum karena saya pada hari ini.

Saya merasa, sebelumnya saya tidak mempunyai arah hidup, namun ketika saya mulai memikirkan tentang hal-hal tersebut, saya merasa sekarang saya berada pada sebuah  track , dimana saya harus mengikuti alur yang ada untuk mencapai goals yang telah saya buat sebelumnya. Sehingga hidup saya lebih bermakna saat ini karena saya telah memiliki tujuan hidup yang jelas dan saya akan terus berusaha untuk merealisasikan harapan-harapan hidup yang telah saya buat. Tujuan dan harapan hidup saya itu jugalah yang bisa menjaga saya untuk tetap berada pada ‘jalur’ yang ‘benar’, sehingga ketika saya mulai lupa akan kewajiban saya, catatan mengenai tujuan hidup saya lah yang dapat mengembalikan saya pada track hidup saya yang sesuai.

Minggu, 21 Juni 2015

Manusia, Harapan, dan Kewajiban


Minggu sore, seperti hari minggu yang lainnya, hari dimana saya harus kembali ke 'rumah' kedua saya dan meninggalkan rumah dimana kedua orangtua saya berada. Ketika saya sedang duduk di atas sebuah bis dengan jurusan Cikarang-Ps. Rebo, perjalanan terasa sangat membosankan. Entah apa yang sedang saya pikirkan sebelumnya, tiba-tiba bayang-bayang wajah kedua orang tua saya hadir dalam pikiran saya. Banyak sekali pertanyaan yang ‘menghantui’ perjalanan saya tadi sore. Pertanyaan pertama yang muncul daam pikiran saya adalah “ Apa sih yang udah saya lakuin buat bikin orangtua bahagia?”,”Mau sampai kapan gini-gini­ aja ke orangtua?” dan masih banyaakk lagi.

Keinginan kuat untuk membahagiakan orangtua tiba-tiba hadir dengan hebatnya. Perasaan itu semakin kuat dan semakin mewarnai pemikiran saya sore tadi. “Kapan saya bisa melihat air mata kebahagiaan mengalir di pipi kedua orangtua saya?”, “ Kapan orangtua saya bercerita kepada rekan-rekannya bahwa mereka bangga memiliki saya?” ....”Kapan? Kapan? Kapann???”. Tak ada hal lain yang harus saya lakukan saat ini selain belajar dengan giat dan melihat kesuksesan di depan mata saya. SAYA HARUS MENJADI ORANG YANG SUKSES.

Harapan-harapan itulah yang membangunkan “tidur siang” saya. Tidur siang yang mengajak saya pada kegiatan-kegiatan tak beguna, mengajak saya untuk membuang waktu saya dengan percuma, mengajak saya melupakan pengorbanan orangtua yang telah banting tulang mencari uang untuk biaya sekolah saya yang tidak sedikit itu.

Saya sadar dengan kewajiban yang harus saya lakukan saat ini. Jika orangtua saya telah memenuhi kewajibannya untuk membiayai sekolah saya, maka ini saatnya untuk saya melakukan kewajiban saya sebagai anak. Saya harus kuliah dengan rajin, saya harus lulus tepat waktu, saya harus bekerja demi membahagiakan kedua orangtua saya. Walaupun, mungkin hingga tetesan darah terakhir pun saya tidak akan pernah bisa membalas jasa kedua orangtua saya. Namun, mulai hari ini saya bertekad untuk selalu berusaha membuat mereka bangga dan bahagia karena saya.

Senin, 15 Juni 2015

Manusia dan Pandangan Hidup


Setiap manusia di dunia ini pasti memiliki pandangan hidup masing-masing. Pandangan hidup berguna sebagai pedoman seseorang dalam menjalani kehidupannya. Saya pun memiliki pandangan hidup, pandangan hidup saya yang pertama adalah selalu sayang dan hormat  kepada orang tua. Saya sadar dan percaya bahwa perintah Allah SWT tidaklah pernah salah. Nabi Muhammad saw juga selalu mengajarkan kita sebagai umatnya untuk selalu menghormati orang tua kita terutama kepada Ibu. Jika kita dapat menyayangi dan menghormati kedua orang tua kita niscaya dengan mudah kedua orang tua kita akan selalu mendo’akan setiap perjalanan hidup kita. Do’a dari orang tua merupakan do’a yang paling cepat diijabah oleh Allah SWT. Itu berarti insyaAllah perjalanan hidup kita akan jauh dari penyimpangan hidup.

                Tidak hanya itu, jika kita dapat menyayangi dan menghormati kedua orang tua kita sepenuh hati, maka orang tua kita pun akan meridhoi setiap keputusan yang kita ambil. Bukankah ridho Ibu merupakan ridho Allah SWT ? Dapat kita bayangkan jika kita sudah mendapat ridho dari Ibu yang otomatis juga ridho dari Allah SWT, betapa bahagia dan tentramnya hidup kita. Saya pun sangat yakin jika ridho orang tua merupakan faktor penentu yang paling utama dalam keberhasilan seorang anak. Maka dari itu saya akan berusaha sekuat tenaga untuk selalu mendapatkan ridho dari kedua orang tua saya. Orang tua merupakan segala-galanya bagi saya, jika ada yang seseorang yang mengatakan bahwa saya harus membangkang perintah kedua orang tua saya, maka dengan tegas dan pasti saya menjawab “TIDAK” dan perlahan menjauhi orang tersebut. Karena saya yakin jika ada orang yang tidak dapat menghormati kedudukan orang tua,  maka orang tersebut bukanlah orang yang tepat untuk dijadikan teman.

                Pandangan hidup kedua saya adalah mengamalkan setiap ilmu yang saya miliki kepada orang sekitar. Saya selalu diajarkan untuk baik kepada lingkungan sekitar, tidak pelit atas ilmu yang saya miliki walaupun ilmu itu hanya sekecil biji jagung, saya harus mengamalkan dengan ikhlas. Saya juga diajarkan bahwa setiap ilmu yang kita miliki tidaklah memiliki manfaat jika kita tidak mengamalkan kepada orang sekitar. Allah SWT pun akan dengan mudah mencabut segala ilmu yang kita miliki jika kita tidak dapat mempergunakan ilmu itu sebagai amal kebajikan.

                Saya juga yakin kalau ilmu yang kita amalkan kepada orang sekitar, maka pahala pun akan terus mengalir untuk diri kita jika orang tersebut dapat mengamalkan kembali ilmu yang telah kita amalkan kepada orang itu. Jika ada yang berpikiran bahwa dengan saya memberikan sedikit ilmu sya kepada orang di sekitar saya, maka bisa jadi suatu saat orang itu lebih pandai dari kita dan kita akan kalah bersaing dengan orang itu. Namun, yang ada di pikiran saya hanya Allah SWT yang mengetahui balasan yang setimpal untuk orang yang suka mengamalkan ilmu kepada orang sekitar, dan tidak pernah ada amalan sholeh yang dapat membuat kita merugi, bukan?

Minggu, 24 Mei 2015

Manusia dan Keadilan : Keadilan Distributif

Pengertian Keadilan

Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia. Kelayakan diartikan sebagai titik tengah diantara kedua ujung ekstrem yang terlalu banyak dak terlalu sedikit. Kedua ujung ekstrem itu menyangkut dua orang atau benda. Bila kedua orang tersebut mempunyai kesamaan dalam ukuran yang telah ditetapkan, maka masing-masing orang harus memperoleh benda atau hasil yang sama. Kalau tidak sama,maka masing-masing orang akan menerima bagian yang tidak sama, sedangkan pelanggaran terhadap proporsi tersebut berarti ketidak-adilan.


Keadilan oleh Plato diproyeksikan pada diri manusia sehingga yang dikatakan adil adalah orang yang mengendalikan diri dan perasaannya dikendalikan oleh akal.
Salah satu jenis keadilan adalah Keadilan Distributif.

KEADILAN DISTRIBUTIF

                Ariestoteles berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal yang sama diperlakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama secara tidak sama (justice is done when equals are treated equally). Sebagai contoh, Ali bekerja 10 tahun dan Budi bekerja 5 tahun. Pada waktu diberikan hadiah harus dibedakan antara Ali dan Budi, yaitu perbedaan sesuai dengan lamanya bekerja. Andaikata Ali menerima Rp 100.000 maka Budi harus menerima Rp 50.000. Akan tetapi bila besar hadiah Ali dan Budi sama, justru hal tersebut tidak adil.


Daftar Pustaka  : Nugroho, Widyo dan Achmad Muchji(1996).MKDU Ilmu Budaya Dasar.Jakarta:Gunadarma

Senin, 11 Mei 2015

Bahagiakah Mereka?

Tema     : Manusia dan Penderitaan

                Akhir-akhir ini sering kita lihat dan dengar berita tentang para petinggi negara kita yang melakukan tindak pidana korupsi. Mereka dengan “keahliannya” itu menguras uang negara yang notabene merupakan uang rakyat. Mereka mengambil uang yang jelas-jelas bukan hak mereka. Kebanyakan dari mereka yang melakukan hal tersebut,mengaku karena faktor “desakkan lingkungan”, mungkin sebagian dari mereka sebenarnya tidak ingin melakukan hal tersebut, namun lingkungan dan kawan kerja mereka lah yang menyebabkan mereka ikut dalam lingkaran kemaksiatan tersebut. Kawan kerja yang mendapat “jatah” dari lawan bisnisnya mungkin juga merasa takut jika harus menerima uang haram itu seorang diri, untuk itu biasanya mereka membagikan “uang jatah” tersebut ke rekan kerja mereka yang mungkin saja teah mengetahui perilaku buruk mereka. Bisa jadi mereka membagikan uang tersebut juga sebagai “uang tutup mulut” agar tindakan mereka bisa aman.

                Tak sedikit pula dari mereka yang mengaku melakukan tindakan tersebut karena dorongan sang istri. Istri yang selalu menuntut lebih dari suaminya, istri yang selalu ingin hidup mewah, istri yang menuntut tas branded, mobil mewah, emas, berlian, jam tangan mewah, dan lain sebagainya. Tak ada yang dapat dilakukan sang suami selain mengambil “jalan pintas” untuk memenuhi seluruh tuntutan istrinya tersebut.




                Mungkin pada awalnya mereka merasa takut akan akibat yang akan mereka tanggung nantinya. Namun pada akhirnya,  mereka mulai terbiasa dengan apa yang mereka lakukan.

                Waktu demi waktu, kebiasaan ini berubah menjadi budaya yang mengakar pada setiap individu. Mungkin bagi mereka tindakan tersebut adalah hal yang lumrah dilakukan. Mereka dengan santainya memberikan uang haram tersebut kepada istri mereka untuk keperluan rumah tangga. Istri dan anak mereka pun secara tidak langsung telah “makan uang haram”, anak mereka sekolah dengan dibayar menggunakan uang haram, dan juga kegiatan lain yang sudah pasti menggunakan uang haram itu juga. Mereka telah menafkahi keluarga mereka dengan uang haram.

                Mereka bahagia, mereka senang, mereka hidup serba berkecukupan. Mereka tidak pernah bingung-bingung jika ingin membeli barang yang mereka inginkan. Uang banyak dan harta berlimpah sudah mereka miliki. Namun, dibalik seluruh kesenangan tersebut ada satu hal yang tidak mereka miliki, yakni kebahagiaan batin. Mereka tidak akan memiliki kebahagiaan batin, mereka akan selalu merasa was-was akan waktu yang akan menjemput mereka ke dalam sel tahanan. Setiap hari mereka akan hidup dalam ketakutan, ketakutan jika suatu saat palu sudah mengetuk meja pengadilan dan mengaharuskan mereka tinggal di “hotel prodeo”. Mereka bahagia, namun sebenarnya mereka menderita       

Senin, 04 Mei 2015

Estetika


Tema     : Manusia dan Keindahan


                Seperti artikel saya yang sebelumnya, Manusia dan Kebudayaan, disebutkan bahwa manusia sangat erat hubungannya dengan kebudayaan. Sedangkan kebudayaan itu sendiri erat kaitannya dengan seni dan suatu seni harus memiliki sisi estetika atau keindahan. Keindahan berarti sesuatu yang bersifat relatif, karena setiap orang memiliki penilaian terhadap keindahan yang berbeda-beda.

                Manusia melakukan berbagai aktifitas selama hidupnya. Manusia, hidup bagaikan menulis cerita di atas sebuah kertas. Setiap manusia pasti memiliki cerita yang berbeda-beda tentang hidupnya. Setiap perasaan, pikiran, kejadian, bisa menjadi cerita baru pada lembar kehidupannya. Setiap manusia pasti mencintai keindahan. Tanpa keindahan pandangan manusia terhadap hidup akan sangat flat / datar.


                Keindahan juga dapat mewarnai hidup seorang manusia. Tak dapat dielakkan lagi, bahwa keindahan merupan faktor utama bagi manusia dalam menilai sesuatu, tidak hanya keindahan yang dapat dirasakan melalui indra penglihatan namun juga yang dapat dirasakan melalui indra pendengaran. Karena keindahan tidak selalu identik dengan visual semata, melainkan lantunan nada juga merupakan keindahan.

                Jadi, pada hakikatnya manusia merupaan makhluk hidup yang  mencintai keindahan, sehingga manusia tidak dapat hidup tanpa faktor keindahan dalam hidupnya. Manusia dengan daya khayalnya yang tinggi dapat menciptakan suatu seni dengan nilai keindahan yang tinggi. Tak hanya dari daya khayal manusia, seni yang berdasarkan pengalaman pribadi juga dapat dibuat lebih menaik.

Senin, 20 April 2015

Inilah Caraku Berkomunikasi dengan Tuhanku :)



Manusia pada hakikatnya harus menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhiratnya. Seluruh aspek kehidupan pun harus diseimbangkan, saya sebagai umat muslim diajarkan untuk selalu berhubungan baik pada Allah SWT dan berbuat baik pada sesama umat manusia. Tidak hanya umat beragama muslim  yang memiliki ajaran seperti itu, semua umat beraga pasti memiliki ajaran agamanya masing-masing mengenai hubungan manusia dengan Tuhan nya dan hubungan antarmanusia itu sendiri.

Hubungan manusia dengan Tuhannya dilakukan sesuai ajaran agama masing-masing individu. Karena setiap manusia memiliki kepercayaan yang berbeda-beda maka cara mereka berhubungan dengan Tuhannya pun akan beragam. Sebagai manusia yang beragama islam, saya memiliki berbagai cara untuk berhubungan dengan Tuhan saya. Sholat merupakan cara utama saya untuk berhubungan dengan Tuhan saya. Dalam cerita agama yang saya dapatkan semasa saya duduk di bangku sekolah dasar, dulu terdapat dialog yang cukup panjang antara Tuhan ku dengan Nabi Muhammad saw, inti dari dialog itu adalah Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad untuk menyuruh umatnya melakukan sholat 80 waktu dalam satu hari, namun Nabi Muhammad merasa keberatan dan dengan dialog yang cukup panjang akhirnya didapatkanlah keputusan untuk melakukan sholat sebanyak 5 waktu dalam sehari.




Dalam sholat itulah saya dapat berhubungan dengan Tuhan saya, dalam sholat saya dapat menyebutkan puluhan kalimat pujian terhadap Tuhan saya, dalam sholat saya dapat menceritakan apapun yang ingin saya ceritakan pada Tuhan saya. Ini lah cara saya untuk berhubungan langsung dengan Tuhan saya. Dalam 5 x @5-10 menit  inilah saya harus mempergunakan “Quality Time” saya dengan Tuhan saya J

Namun, apabila ingin berhubungan yang lebih dekat lagi dengan Allah SWT, kita dapat melakukan sholat malam (Tahajud) di sepertiga malam terakhir. Pada saat inilah tak ada dinding pemisah antara hamba dengan Tuhannya. Dan sesungguhnya bagi hamba yang sering melakukan sholat malam, maka wajahnya akan bercahaya pada Hari Akhir kelak.

Senin, 13 April 2015

TIGA UNSUR CINTA MENURUT SARWONO


Pengertian tentang cinta dikemukakan juga oleh Dr. Sarlito W. Sarwono. Dikatakannya bahwa cinta memiliki tiga unsur yaitu keterikatan, keintiman, dan kemesraan :
1.       Keterikatan
Yang dimaksud dengan keterikatan adalah adanya perasaan untuk hanya bersama dia, segala prioritas untuk dia, tidak mau pergi bersama orang lain kecuali dengan dia.
2.       Keintiman
Untuk yang kedua adalah keintiman, yaitu adanya kebiasaan-kebiasaan dan tingkah laku yang menunjukkan bahwa antara anda dengan dia sudah tidak ada jarak lagi. Panggilan-panggilan formal seperti Bapak,Ibu, saudara digantikan dengan sekedar memanggil nama atau sebutan, sayang dan sebagainya. Makan minum dari satu piring-cangkir tanpa rasa risih, pinjam meminjam baju, saling memakai uang tanpa rasa berhutang, tidak saling menyimpan rahasia dan lain-lainnya.
3.       Kemesraan
Unsur ketiga adalah kemesraan, yaitu adanya rasa ingin membelai atau dibelai, rasa kangen kalau jauh atau lama tidak bertemu, adanya ucapan-ucapan yang mengungkapkan rasa sayang dan seterusnya. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut yang menunjukkan segitiga cinta.


                                                   
 
 



Daftar Pustaka  : Nugroho, Widyo dan Achmad Muchji(1996).MKDU Ilmu Budaya Dasar.Jakarta:Gunadarma

Senin, 06 April 2015

LEGENDA ASAL USUL DANAU TOBA



Alkisah, hiduplah seorang petani bernama Toba , yang hidup seorang diri di salah satu desa di Sumatera Utara. Petani itu menggantungkan hidupnya pada hasil tani dan memancing ikan dari sungai di dekat rumahnya. Suatu hari terjadi suatu kejadian aneh pada dirinya, ikan hasil pancingannya seketika berubah menjadi seorang gadis dengan paras yang amat cantik. Beberapa hari setelah sang gadis menjelaskan apa yang terjadi, mereka pun menikah. Mereka menikah diatas sebuah janji yang harus mereka jaga kerahasiaannya. Janjinya adalah sang petani tidak boleh memberi tahu siapapun kalau calon istrinya itu adalah jelmaan dari seekor ikan.
Setahun kemudian mereka dikaruniai seorang anak laki-laki, Samosir namanya. Karena didikan orangtuanya yang terlalu memanjakan Samosir, ia pun tumbuh menjadi anak yang nakal dan pembangkang. Suatu hari Samosir melakukan suatu tindakan yang membuat ayahnya kesal, hingga tanpa sadar ia marah dan mengingkari janji yang telah ia buat dulu. “Dasar anak nakal, pembakang, memang kau anak ikan yang tidak tahu diri !” teriaknya. Sang anak menangis dan mengadu pada ibunya, sang ibu pun merasa sangat sedih karena perlakuan sang suami yang tidak dapat memenuhi janjinya. “Pergilah kau ke atas bukit di sebelah sana” kata sang ibu kepada anaknya. Selang beberapa waktu terjadilah bencana besar dan hujan lebat berkepanjangan hingga menenggelamkan desa tempat suaminya tinggal. Hingga desa itu berubah menjadi sebuah danau (Danau Toba ) dengan pulau kecil (Pulau Samosir) di tengahnya.

Nilai-Nilai yang Terkandung dalam cerita Asal Usul danau toba di atas adalah:

1.       Nilai Kesenangan
Dengan membaca legenda asal usul danau toba tersebut, penulis bisa menimbulkan unsur hiburan bagi pembacanya. Kata-kata yang digunakan penulis bisa membuat pembaca ikut kaget saat suatu kejadian aneh terjadi, sedih saat latar cerita sedih, senang saat latar cerita senang, dan lain-lain.

2.       Nilai Informasi
Penulis dapat menyusun kata-kata dengan apik, sehingga penulis bisa mengajak pembaca bermain-main dengan imajinasi pembaca atas tuntunan cerita dari penulis. Contohnya:
                ....Saat ia berada di tepi sungai, cuaca yang semula cerah, tiba-tiba berubah menjadi gelap gulita. Langit bergemuruh disusul petir menyambar-nyambar yang disertai dengan hujan yang sangat deras. Pada saat itulah sang Ibu segera melompat ke dalam sungai dan tiba-tiba berubah menjadi seekor ikan besar. Tak berapa lama kemudian, sungai itu banjir dan airnya meluap kemana-mana, sehingga tergenanglah lembah tempat sungai itu mengalir. Lama kelamaan, genangan itu semakin meluas dan akhirnyaberubah menjadi sebuah danau yang sangat besar. Oleh masyarakat setempat, danau itu dinamakan Danau Toba.

                Pembaca dapat membayangkan betapa dahsyatnya kejadian pada saat itu, hanya dengan membaca kalimat demi kalimat yang berhasil penulis rangkai untuk mendeskripsikan bencana besar tersebut.

3.       Nilai Warisan Budaya
Warisan budaya bisa dalam berbagai macam bentuk. Contohnya bahasa, tarian, maupun tempat/lokasi. Warisan budaya yang kita dapat dari cerita ini adalah suatu tempat wisata yang berada di daerah Sumatera Utara, bernama Danau Toba.

4.       Nilai Keseimbangan Wawasan
Nilai keseimbangan wawasan yang dapat kita petik dari cerita ini adalah kita bisa melihat dari sudut pandang yang berbeda tentang cara mendidik anak yang baik. Memanjakan dan memberikan pujian kepada anak memang bukanlah suatu hlal yang negatif, namun jika sebagai orang tua terlalu memanjakan anak secara berlebihan, maka yang akan terjadi adalah anak akan menjadi pemalas dan pembangkang. Juga kita dapat mengambil pesan yang terkandung dari cerita itu bahwa kita harus bia menjaga amanah yang diberikan orang lain kepada kita jika kita tidak ingin mendapatkan malapetaka atas ulah kita sendiri.

Sumber Cerita :
                

Senin, 23 Maret 2015

MANUSIA vs BUDAYA


Tema     : Kaitan Manusia dengan Kebudayaan

                Seperti yang telah saya bicarakan pada artikel sebelumnya, manusia merupakan makhluk sosial dengan segala kelebihannya dan dapat melakukan berbagai jenis aktivitas. Sedangkan Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. 

                Dari definisi di atas, dapat kita ketahui bahwa budaya sangat erat kaitannya dengan manusia. Karena budaya hanyalah suatu objek mati dan manusialah yang “menghidupkan” objek tersebut. Dengan kata lain, manusia juga berperan sebagai “perantara” berkembangnya suatu kebudayaan dalam masyarakat. Kebudayaan tidak hanya sebatas kesenian semata. Bahasa yang berkembang dalam suatu masyarakat juga merupakan kebudayaan. Namun, sebagian besar dari kebudayaan diturunkan secara oral dan tidak tertulis.



                Manusia memiliki peran penting dalam terbentuknya suatu kebudayaan. Selain manusia sebagai subjek atau pelaku kebudayaan, ada pula faktor-faktor lain seperti : Ilmu pengetahuan dan teknologi, trend yang sedang berkembang, dan lokasi atau lingkungan lahirnya kebudayaan tersebut, yang mempengaruhi adanya budaya baru dalam masyarakat tertentu.


                Hal yang paling penting dari hubungan antara manusia dengan kebudayaan adalah manusia harus menjaga kebudayaan yang telah ada dan menyaring kebudayaan asing yang mencoba masuk ke dalam lingkar kehidupan kita agar kebudayaan asli yang kita miliki tidak terbuang karena adanya kebudayaan asing.

Senin, 16 Maret 2015

MAKANAN UNTUK JIWA

Tema     : Hakekat Manusia

                Manusia, makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna ini memiliki sejuta sisi yang dapat dibicarakan. Manusia merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen. Tubuh atau raga manusia merupakan bagian yang dapat kita lihat dan rasakan keberadaannya oleh panca indera kita. Namun, hidup matinya manusia ditentukan oleh satu komponen penting lainnya, yaitu Ruh / Jiwa.
                Semua orang pasti sudah mengetahui jika makanan merupakan kebutuhan primer untuk tubuh ini. Tanpa makanan dan minuman, manusia mungkin hanya kuat bertahan hidup selama tidak lebih dari 5 hari saja. Lebih dari itu, manusia bisa saja sudah tidak bernyawa karena tidak adanya asupan makanan ke dalam tubuh. Kalaupun ada yang kuat bertahan untuk tidak makan dan minum dalam 5 hari, pastilah keadaan tubuhnya sudah sangat lemas dan mungkin saja terserang berbagai penyakit karena lemahnya sistem imun yang menjaga kesehatan tubuh manusia. Itulah yang terjadi pada raga kita. Makanan untuk tubuh kita dapat ditemukan di bumi ini, mulai dari makanan yang berasal dari hewan maupun tumbuhan.

                Tidak hanya raga, jiwa kita juga membutuhkan makanan yang tentunya berbeda wujud dan jenisnya dengan makanan untuk tubuh kita. Makanan untuk jiwa kita berasal dari Tuhan YME. Menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya merupakan salah satu cara untuk memb eri makan jiwa kita.Sebagai umat muslim, Allah SWT memerintahkan kita untuk mengerjakan sholat 5 waktu, seperti halnya memberi makan tubuh kita tiga kali sehari. Itu merupakan jumlah yang telah Allah SWT tentukan dalam hal kuantitas pemberian makan untuk jiwa kita.

 Tidak hanya tubuh kita yang dapat terserang penyakit bila kita tidak makan, jiwa kita juga akan terserang penyakit bila tidak diberikan makan. Jiwa kita akan berada dalam keadaan lemah, bila kita kurang memberikan makanan. Sama seperti tubuh kita yang membutuhkan suplemen makanan/nutrisi tambahan selain makanan pokok untuk dikonsumsi demi mendapatkan tubuh yang sehat dan bugar, jiwa kita juga membutuhkan suplemen tambahan untuk menjadikan jiwa kita lebih kuat. Suplemen itu bisa saja kita dapatkan dengan cara melakukan amalan-amalan sunnah yang disarankan Nabi Muhammad saw.

Kesimpulannya adalah kita sebagai manusia dan umat beragama janganlah hanya memikirkan kebutuhan makanan untuk fisik kita saja. Kebutuhan makanan untuk jiwa kita yang jauh lebih penting juga butuh kita perhatikan. Karena manusia yang bijak adalah manusia yang dapat berlaku adil dan seimbang dalam segala aspek kehidupannya.

Senin, 09 Maret 2015

MASIH ADAKAH HARAPAN ?

Tema     : Ilmu Budaya Dasar

                Ilmu Budaya Dasar merupakan salah satu disiplin ilmu yang mengajarkan tentang hubungan manusia dengan budayanya. Budaya disini tidak hanya yang biasa kita liat dan biasa kita sebut dengan kesenian, namun unsur-unsur lain dari kehidupan juga dipelajari hubungannya pada disiplin ilmu ini. Cinta kasih, keindahan,penderitaan, keadilan, dan harapan juga dipelajari terhadap hubungannya dengan manusia. Menurut Martiatmodjo dalam buku yang berjudul Ilmu Budaya Dasar, menyatakan bahwa Ilmu Budaya Dasar menyajikan bahan pendidikan yang mencerminkan keutuhan manusia dan membantu agar manusia dapat menjadi lebih manusiawi.
                Harapan berasal dari kata ‘Harap’ yang berarti keinginan akan sesuatu yang belum terwujud dan diinginkan suatu saat akan terjadi. Memiliki harapan atau mimpi merupakan kodrat kita sebagai manusia.Manusia memang diciptakan untuk selalu berharap. Manusia yang hidup tanpa harapan dapat dikatakan manusia itu sesungguhnya telah mati. Manusia yang selalu berharap menunjukkan manusia itu selalu berusaha menjadi lebih baik. Salah satu dari 5 kebutuhan/harapan manusia adalah: “Harapan untuk memperoleh status atau untuk dapat diterima dan diakui oleh lingkungan sekitar.”

                Dalam usaha memperoleh status di masyarakat, kita pastinya berusaha untuk menjadi manusia yang berguna untuk masyarakat sekitar. Kita akan berusaha memiliki “peran” dalam masyarakat, kita tidak mungkin hanya berpangku tangan dan berharap status sosial yang baik akan datang pada kita. Keberhasilan seseorang dapat dilihat dari status sosial yang ia terima dari masyarakat, status sosial yang baik tersebut tidak bisa ia buat sendiri tanpa diikuti dengan perilaku yang baik pula.
                Harapan merupakan sesuatu yang berbentuk abstrak, tidak terlihat, namun sangatlah besar manfaatnya. Dengan adanya harapan, kita dapat berusaha sekuat tenaga agar dapat mencapai harapan kita. Dengan kata lain, kita dituntut untuk menjadi pribadi yang optimis dan bekerja keras dalam usaha menggapai harapan kita. Pribadi yang mudah putus asa tidak akan menjadi pribadi yang sukses di kemudian hari.
                Harapan juga dapat menjadi sugesti untuk diri kita, bahwa kita dapat melakukan suatu hal yang mungkin kita anggap tidak mungkin bisa kita lakukan. Dengan adanya harapan, memori alam bawah sadar kita akan selalu mengingat harapan tersebut. Dengan begitu, tanpa kita sadari kita telah berdoa dan selalu berusaha agar harapan itu tercapai. Setelah kita mengetahui sisi lain “harapan”, sejenak kita bercermin dan bertanya pada diri kita  masing-masing, “Masih adakah harapan dalam diri ini?”
               
Daftar Pustaka :

Prasetya, Joko Tri.,dkk.1998. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Rieka Cipta.